Latar
Belakang dan Sejarah Berdirinya Madrasah Thawalib Gunung
Awal mula sejarah Sumatra
Thawalib tidak bisa dipisahkan dari surau dan organisasi di Minangkabau. Surau
sejak dulu dikenal sebagai tempat mengaji yang banyak terdapat didaerah ini.
Begitu juga halnya dengan adanya Madrasah Thawalib Gunung ini,
dalam perkembanganya, tidak terlepas dari peran surau sebagai lembaga
pengajian. Madrasah Thawalib ini pada mula berdirinya sistem pelaksanaan pendidikannya
adalah dengan sistem halaqah yang diselengarakan di Mesjid. Pendidikan pada
masa dulunya diselengarakan di Mesjid Asasi yang mana mesjid ini merupakan
mesjid tertua. Terwujudnya Madrasah ini didorong oleh keinginan masyarakat dan
juga di daerah ini belum ada lembaga pendidikan Islam, sedangkan didaerah ini
terdapat mesjid nagari dan adanya putra-putri Gunung yang telah menamatkan
pendidikannya pada perguruan Thawalib Parabek.
Atas kerja sama pemuka
masyarakat dan alim ulama, diadakanlah musyawarah untuk mendirikan sebuah
sekolah agama di Gunung, maka musyawarah tersebut berhasil mencetuskan
berdirinya sebuah “Madrasah Islamiyah Gunung” yang bertempat di
Kelurahan Sigando kenegarian Gunung.
Pada tanggal 22 April 1921
diresmikan Madrasah Islamiyah tersebut serta diangkat sebagai pimpinan pada waktu itu Buya H. Syu’ib El Yutusi. Anggota
musyawarah tersebut menamakan dirinya dengan Badan Pembina Penyantun Madrasah
(BPPM). BPPM membentuk pengurus inti Madrasah yang diambilkan dari orang-orang
yang berjasa terhadap berdirinya Madrasah ini antara lain:
1.
D. Dt. Tumbijo
2.
Khatip Ali
3.
Manan
4.
St. Majolelo
5.
St Kerajan
6.
St. Mangkuto
7.
Ummi
8.
Rami
|
9.
H. Syu’ib El Yutusi
10. Imam
Kayo (Syahbidin)
11. H.
Shaleh
12. H.
Humammad Ali
13. H.
Abbas
14. Imam
Rasyid
15. Labai
Sati
16. St.
Buyung
|
Kesemua
orang-orang yang berjasa dalam mendirikan Madrasah Thawalib Gunung sekarang
telah tiada.
Adapun tujuan
berdirinya Madrasah ini adalah:”Untuk memberikan pendidikan agama pada para
putra-putri Gunung khususnya Indonesia umumnya. Sekitar tahun 1925 sistem
pendidikan halaqah diganti dengan klasikal dengan mengadopsi pada sekolah
Diniyah yang didirikan oleh Zanuiddin Labai Al Yunusi. Dialah orang petama
mendirikan sistem berkelas dengan kurikulum yang lebih teratur dan mencakup
didalamnya pengetahuan umum seperti: Bahasa, Matematika, Sejarah, Ilmu Bumi di
samping pelajaran agama lainnya dipimpin oleh Buya H. Syamsuddin. Pada tahun
1957 pimpinan digantikan oleh Buya H. Zainal Abidin.
Dari tahun 1958-1961 sekolah dalam keadaan darurat
karena terjadinya pengolahan daerah (PRRI) Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia, sehingga Madrasah ini ditutup segala kegiatannya. Pada awal tahun
1962 Madrasah Thawalib mulai hidup kembali setelah istirahat selama + 3
tahun lamanya karena keadaan yang tidak aman tersebut. Dari tahun 1962-1965
Thawalib mulai berkembang secara berangsur-ansur dan pelajar berdatangan dari
negri yang berdekatan seperti Batipuh dan X Koto dan daerah lainnya dan jumlah
murid pun makin hari makin meningkat
Pada tahun 1969 terjadi perubahan
besar pada tingkat Qismul ‘Ali dimana Depertemen Agama menegerikan menjadi
Madrasah Aliyah Agama Islam (MANIN). Setelah mengadakan persidangan pengurus,
pemuka Masyarakat dan Alim Ulama dan Cerdik Pandai Gunung yang bersidang sampai
9 kali maka pada sidang terakhir diputuskan bahwa uluran tangan pemerintah
diterima dengan beberapa syarat-syarat tertentu.
Pada tahun
1972 diadakan musyawarah Madrasah Thawalib/Diniyah se-Sumatra Barat di Padang
Panjang mengenai kurikulum/pendidikan/pengajaran. Rencana pengajaran atau Diniyah ada tingkat pertama dan
ada tingkat atas. Pada tanggal 12 September 1968 dikeluarkan SK Menteri Agama
No: 209 yang menetapkan di antaranya: Al-Qismul Ali Gunung menjadi Madrasah
Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN) Gunung Padang Panjang.
Tahun 1973-1975 oleh karena Buya H.
Zainal Abidin telah diangkat pemerintah menjadi kepala di MAAIN maka
pimpinan Thawalib diwakilkan pada Buya Ramli Majid Labai Rajo Nan Sati.
Berdasarkan hasil sidang pengurus
Madrasah Thawalib pada bulan Desember 1977 menjelang ditetapkannya Kepala
Thawalib yang sebenarnya, maka Januari 1978 Buya Syarifuddin diangkat sebagai
pejabat sementara Madrasah Thawalib Gunung Padang Panjang. Kemudian pada tahun
1979 sampai dengan 1983 pimpinan Thawalib dipegang oleh Buya Ramli setelah itu
Dt. Panduko Sinaro sampai tahun 1984. Pada tahun 1984 Madrasah Thawalib berubah
menjadi Madrasah Thawalib Gunung Padang Panjang yang setingkat dengan
Tsanawiyah Negeri dan lama pendididikan selama tiga tahun.
Pasa
saat ini Madrasah dikelola oleh yayasan dengan maksud untuk menjaga kelangsungan hidup Madrasah itu sendiri dengan ketua
pendirinya Buya Ramli yang telah diaktakan dengan akta No: 19 tanggal 8 November
1990 dan pimpinan Madrasah pada saat itu adalah Abdul Rahman, BA.